Kembali lagi di blog saya. Kali ini saya akan ngeshare pengalaman saya yang begitu meluluhkan hati saya. Yaaa saya telah jatuh hati pada provinsi paling barat di Indonesia, Aceh. Tak terungkapkan bahagia hati ini dapat menginjakkan kaki di sana. Padahal nih ya, dulunya saya tak begitu tertarik dengan Aceh dan apa apa yang ada di dalamnya. Untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas pun tak terangankan di Aceh. Tapi ketika saya mulai memasuki kawasan Aceh, kenyamanan dan ketentraman melanda hati saya. Hati saya tak dapat berbohong seakan menemukan obat penyejuk. Saya seperti menelan ludah sendiri, wkwkwk... Perjalanan dari kampus yang disebut Overland Tour Medan - Sabang - Banda Aceh - Medan kami laksanakan selama 5 hari 4 malam.
Aceh... Letaknya di ujung utara
pulau Sumatera dan Pulau Sabang sebagai bagian dari provinsi Aceh
menjadikannya sebagai titik paling barat di Indonesia. Aceh yang dijuluki serambi mekah, dikenal sebagai salah satu titik tempat dimulainya penyebaran Islam
di Indonesia dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Asia
Tenggara. Hingga saat ini
masyarakat Aceh masih memegang teguh syariat Islam, dibuktikan dengan
dijalankannya pemerintahan dan tata sosial sesuai syariah Islam. Masya Allah.
Dari pelabuhan Ulee Lheue, kami menyeberang ke Pulau Sabang dengan menaiki kapal cepat. Tarifnya berkisar Rp 80.000/orang, dan menghabiskan waktu penyeberangan selama 45 menit. Sesampai di Sabang, iklim yang tropis mencucurkan keringat namun terbayar dengan keindahan alamnya. Kami menyinggahi beberapa spot seperti taman I Love Sabang, Sabang Merauke, dan Benteng Jepang Anoi Itam. Keindahan danau Anoi Itam yang menyegarkan mata dengan jernihnya laut biru.
Selama di Sabang, kami menginap di The Point Sabang Resort, tepat menghadap pantai Sumur Tiga. Wah bersyukur sekali bisa memandang view yang bagus sambil bermain air.
Kami juga mengunjungi Tugu 0 kilometer dan pantai Iboih. Tiap tiap yang pernah ke tugu 0 kilometer akan mendapatkan sertifikat sebagai pengunjung.
Dari pantai Iboih menyeberang ke pulau Rubiah. Disana kami melakukan snorkeling. Ini kali pertama saya snorkeling, melihat ikan di dalam laut. Jujur saya tidak bisa berenang tapi saya beranikan diri untuk tetap ikut snorkeling. Alhasil saya mendapat semacam ilham untuk bisa berenang sedikit demi sedikit walau pertamanya ngurusin saya ribet sih. Hehhe. Untung disana ada guide yang sabar mengajarinya saya sampai bisa. Terimakasih bang Suhelmi :)
Hari berikutnya, kami menuju pelabuhan Balohan untuk mencapai Banda Aceh dengan menaiki kapal lambat. Tarifnya berkisar sekitar Rp 25.000/orang dan menghabiskan waktu penyeberangan selama 2 jam. Tiba di Banda Aceh, saatnya bereksplorasi. Kami berkunjung ke Museum Tsunami Aceh, melihat peninggalan dari Tsunami Aceh 2004 silam, ikut merasakan bagaimana sensasi tsunami tersebut, mempelajari sejarahnya dan cara menghindarinya.
Setelah itu kami pergi ke Masjid Baiturrahman sekaligus mendirikan sholat zuhur.
Lalu mengunjungi Museum Cut Nyak Dien untuk mendengar sejarah kehidupan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien.
Dan kami mengunjungi PLTD Apung sebagai saksi bisu dari dahsyatnya Tsunami Aceh yng mampu menyeret kapal tersebut.
Juga mendengarkan cerita dari masyarakat setempat tentang kapal yang dibawa arus tsunami hingga berada di atas rumah penduduk.
Setelah melakukan banyak tur, kami pun kembali ke Medan. Berpisah dengan pemandu wisata di sana. Dan mengambil waktu semalaman untuk sampai di Medan. Sampai jumpa Aceh. Saya bakal datang kesana lagi, insyallah, untuk memperkecil volume kerinduan ini.
Kunjungan ke Banda Aceh ini sangat cocok dijadikan sebagai wisata religi karena selain sebagai kota serambi mekah juga terdapat banyak destinasi wisata yang terbentuk akibat dari kejadian masa lalu yang memberikan banyak hikmah di dalamnya. Untuk yang ingin menghabiskan liburan menghilangkan penat, saya rekomendasikan ke Sabang gaess. Anda bakalan menemukan sesuatu yang baru di dalamnya.
Terimakasih dan semoga bermanfaat.
Dari pelabuhan Ulee Lheue, kami menyeberang ke Pulau Sabang dengan menaiki kapal cepat. Tarifnya berkisar Rp 80.000/orang, dan menghabiskan waktu penyeberangan selama 45 menit. Sesampai di Sabang, iklim yang tropis mencucurkan keringat namun terbayar dengan keindahan alamnya. Kami menyinggahi beberapa spot seperti taman I Love Sabang, Sabang Merauke, dan Benteng Jepang Anoi Itam. Keindahan danau Anoi Itam yang menyegarkan mata dengan jernihnya laut biru.
![]() |
Biru banget kan airnya... |
Layaknya wisatawan yang sangat menikmati perjalanan wisata. Nikmat kali gaess...
Kami juga mengunjungi Tugu 0 kilometer dan pantai Iboih. Tiap tiap yang pernah ke tugu 0 kilometer akan mendapatkan sertifikat sebagai pengunjung.
Dari pantai Iboih menyeberang ke pulau Rubiah. Disana kami melakukan snorkeling. Ini kali pertama saya snorkeling, melihat ikan di dalam laut. Jujur saya tidak bisa berenang tapi saya beranikan diri untuk tetap ikut snorkeling. Alhasil saya mendapat semacam ilham untuk bisa berenang sedikit demi sedikit walau pertamanya ngurusin saya ribet sih. Hehhe. Untung disana ada guide yang sabar mengajarinya saya sampai bisa. Terimakasih bang Suhelmi :)
![]() |
Are you ready for snorkeling? |
Nah ini yang tidak bisa saya lupakan bagaimana caranya snorkeling. |
Seneng banget rasanya bisa snorkeling. |
![]() |
Tsunami tersebut telah membawa pelajaran bagi warga Aceh untuk belajar ikhlas dan cinta perdamaian. |
Lalu mengunjungi Museum Cut Nyak Dien untuk mendengar sejarah kehidupan Teuku Umar dan Cut Nyak Dien.
Dan kami mengunjungi PLTD Apung sebagai saksi bisu dari dahsyatnya Tsunami Aceh yng mampu menyeret kapal tersebut.
Juga mendengarkan cerita dari masyarakat setempat tentang kapal yang dibawa arus tsunami hingga berada di atas rumah penduduk.
Setelah melakukan banyak tur, kami pun kembali ke Medan. Berpisah dengan pemandu wisata di sana. Dan mengambil waktu semalaman untuk sampai di Medan. Sampai jumpa Aceh. Saya bakal datang kesana lagi, insyallah, untuk memperkecil volume kerinduan ini.
Kunjungan ke Banda Aceh ini sangat cocok dijadikan sebagai wisata religi karena selain sebagai kota serambi mekah juga terdapat banyak destinasi wisata yang terbentuk akibat dari kejadian masa lalu yang memberikan banyak hikmah di dalamnya. Untuk yang ingin menghabiskan liburan menghilangkan penat, saya rekomendasikan ke Sabang gaess. Anda bakalan menemukan sesuatu yang baru di dalamnya.
Terimakasih dan semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar